Dari tahun 1972 hingga 1975 Harry secara konsisten merilis album Harry Roesli Solo sebanyak empat volume. Imajinasinya kian liar tatkala berhasil mementaskan ‘Opera Ken Arok’.
Kisah sejarah yang penuh pengkhianatan, korupsi, dan perselingkuhan yang diterjemahkan Harry sebagai gambaran carut marutnya pemerintahan Indonesia.
Baca Juga:
Solvania Band Resmi Luncurkan Album Perdana: BENALU
Kiprah Harry dalam musik rock terus berlanjut. Bersama God Bless, Gipsy, Voodoo Child, Giant Step, Rollies Paramour, Odalf, Freedom of Rhapsodia, dan Yeah Yeah Boys, Harry Roesly tampil dalam pesta musik udara terbuka ‘Kemarau 75’ di lapangan Gedung Sate, Bandung, 31 Agustus 1975.
Sebelumnya ia juga ikut bersama belasan grup musik pada pesta musik semalam suntuk, ‘Summer 28’, pada 16 Agustus 1973 di Pasar Minggu, Jakarta. Pemusik urakan ini memang tidak bisa diam, ia tidak pernah ambil pusing manggung di mana.
Di sebuah kafe yang pengunjungnya cuma seratus orang atau lapangan terbuka yang ditonton puluhan ribu orang tak jadi masalah.
Baca Juga:
Konser Super Diva 2 September di Indonesia Arena Hadirkan Musik Lintas Generasi
Sebagai seorang musisi, Harry tak pernah bersentuhan langsung dengan pasar. Sebagian besar karyanya tak ada yang sukses secara komersial.
Tetapi Harry cukup pintar. Untuk menjaga konsistensi dapurnya tetap ‘ngebul’ ia menjamah dunia layar lebar sebagai seorang ilustrator.
Beberapa film yang memperlihatkan sentuhan kreatifnya antara lain Suci Sang Primadona (1977), Cas Cis Cus (1989), Di Sana Senang Di Sini Senang (1990), Om Pasikom (1990), dan sejumlah film lainnya.