Arnol menyampaikan kekecewaannya terhadap cara pandang, cara sikap, maupun cara bicara Ronnie Higuchi Rusli yang sama sekali tidak menunjukkan kapabilitasnya sebagai seorang akademisi.
“Saya tidak habis pikir, kenapa seorang akademisi bisa terjebak pada cara pandang dan cara berbahasa yang serupa dengan seorang pegiat medsos? Padahal, saya yakin, referensi seorang akademisi terhadap keberangkatan Presiden Jokowi ke AS pasti lebih lengkap dan akurat. Sikapnya pun tentu takkan cenderung urakan seperti itu,” kata Arnol Sinaga.
Baca Juga:
DPP Martabat Prabowo-Gibran Ajak Masyarakat dukung Presiden dan Wakil Terpilih Demi Indonesia Maju
Ia kemudian menyampaikan pandangannya bahwa beban kepentingan dan kebencian yang terlalu besar cenderung berpotensi mengkerdilkan intelektualitas seseorang.
“Setahu saya, Indonesia tidak harus mengemis kepada Elon Musk. Karena, kalau tidak salah sejak dua tahun lalu, pihak Elon Musk justru sudah mengemis kepada Indonesia untuk berinvestasi di sektor penambangan nikel. Namun, Indonesia tegas menolak penawaran Elon Musk itu, yang dianggap tidak mau sejalan dengan kebijakan hilirisasi industri Indonesia. Kita menolak bahan baku Indonesia di bawa keluar dari Tanah Air. Indonesia maunya barang jadi dari bahan baku itu diproduksi di sini, baru dibawa ke luar,” kata Arnol.
Khusus kepada Nicho Silalahi, Arnol menyampaikan pesan bahwa pernyataan pegiat medsos itu ibarat “meongan kucing di padang pasir”.
Baca Juga:
DPP Martabat Prabowo-Gibran Ajak Masyarakat dukung Presiden dan Wakil Terpilih Demi Indonesia Maju
“Seperti meongan kucing di padang pasir. Nyaris tak terdengar, hingga sulit direspons positif,” pungkas Arnol. [yhr/tio]