Akibatnya, sebagian besar energi bersih yang dihasilkan akan diimbangi oleh input energi yang dibutuhkan untuk membangun dan menonaktifkan pabrik serta untuk menambang dan memproses bijih uranium.
Hal yang sama berlaku untuk setiap pengurangan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh peralihan dari batu bara ke nuklir.
Baca Juga:
Kurangi Emisi, PLN Bangun Tiga Skenario Transisi Energi
7. Tidak Cukup Situs
Meningkatkan hingga 14.500 pembangkit nuklir tidak mungkin hanya karena keterbatasan lokasi yang layak.
Pembangkit nuklir perlu ditempatkan di dekat sumber air untuk pendinginan, dan tidak ada cukup lokasi di dunia yang aman dari kekeringan, banjir, angin topan, gempa bumi, atau potensi bencana lainnya yang dapat memicu kecelakaan nuklir.
Peningkatan kejadian cuaca ekstrem yang diprediksi oleh model iklim hanya menambah risiko ini.
Baca Juga:
Soal PLTN, Pemerintah Diminta Mulai Siapkan Pulau Kosong untuk Tempat Pembuangan Limbah Radioaktif
8. Biaya
Tidak seperti energi terbarukan, yang sekarang menjadi sumber energi termurah, biaya nuklir meningkat, dan banyak pembangkit ditutup atau terancam ditutup karena alasan ekonomi.
Biaya modal awal, bahan bakar, dan biaya pemeliharaan untuk pembangkit nuklir jauh lebih tinggi daripada pembangkit listrik tenaga angin dan surya, dan proyek nuklir cenderung mengalami pembengkakan biaya dan penundaan konstruksi.
Harga energi terbarukan telah turun secara signifikan selama dekade terakhir, dan diproyeksikan akan terus turun.